Jumat, 12 April 2013

My Lovely Brother, Pengki


Gue punya adek laki-laki. Akhir-akhir ini gue panggil dia Pengki. Kenapa? Ya ga ada alasan khusus sih, cuma iseng aja. Hehehehehe.

Namanya Theo Krispanki Dandel. Nama itu ada ceritanya loh. Theo itu diambil dari nama Opa gue, Theofilus Dandel. Lalu, Krispanki itu adalah kependekan dari KRIStus PANutan KIta. Unik kan? Hebat banget tuh Papa gue, bisa aja bikin kependekan penuh makna gitu. Lahir tanggal 1 April 1995. Dia lahir kira-kira jam 4 pagi, masih gelap. Makanya ga heran kalo kulitnya juga gelap (peace, broo :p).

Ini dia Theo Krispanki Dandel



Ketika usianya hampir 1 tahun, kami sekeluarga pindah ke Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Papa kerja di sebuah perusahaan di sana yang mengelola kebun sawit untuk dijadikan minyak goreng. Gue waktu itu masih TK A. Harusnya naik ke TK B, tapi berhubung gue bakal pindah jadi gue ga ikut TK lagi. Di Lubuk Linggau itu belum ada TK yang dekat dengan lokasi perkebunan sawit tempat Papa kerja. Jadi, gue masuk SD langsung. Sedangkan adek gue itu (oia, dia akrab dipanggil Kris) karena masih kecil dan ga ada playgroup di sana, jadi dia di rumah aja sama Mama.

Adek gue ini agak telat belajar ngomong. Di usia 2 tahun, masih sulit untuk diajak komunikasi yang nyambung. Kalo dipanggil, "Kris, sini!" dia ga mau denger. Nengok pun nggak! Papa pun akhirnya mencari cara supaya dia bisa nengok kalo dipanggil. Papa kasih alternatif nama buat Kris. Mulai dari Alex, Budi, Chandra, Doni, Edo semuanya nggak ada yang berhasil. Adek gue tetep aja ga mau nengok ketika dipanggil. Ketika Papa panggil dia "Ivan", adek gue itu nengok dan bilang, "Apa?" Wah, Papa seneng bukan main! Dipanggil lagi deh, "Ivan!" Adek gue jawab lagi, "Apa?" Diulang dipanggil lagi, adek gue selalu ngerespons. Semenjak itu nama adek gue jadi Theo Krispanki 'Ivan' Dandel. Nama Ivan memang nggak dicantumin di akte kelahiran. Tapi sejak saat itu, adek gue dipanggil Ivan. Bahkan di surat undangan ulang tahun temennya aja ditulisnya "Untuk Ivan", bukan "Untuk Kris".

Suatu kali si Ivan sakit panas. Mama panik banget karena panasnya nggak turun-turun, padahal semua obat sudah diberikan. Sampai suatu malam Mama mimpi. Mama mimpi si Ivan dibawa oleh sejenis casper (hantu yang bersahabat dengan manusia, wujudnya kayak tuyul tapi dia melayang-layang dengan tubuh agak transparan). Ketika si casper ini masuk ke rumah, suasana rumah jadi berantakan. Angin yang menerbangkan si casper ini bikin perabotan di rumah jadi jatoh dan bahkan pecah. Si casper ini menggendong adek gue dan mengembalikannya ke Mama. “Maaf ya, bu. Maaf. Saya minta maaf,” begitu kata si casper. Mama nanya ke si casper itu, “Kamu siapa?” Mama nggak begitu jelas dengar namanya si casper itu. Yang jelas adalah dia minta maaf dan merapikan seluruh rumah yang berantakan dan kemudian dia pergi. Ketika Mama bangun dari tidur, ajaib sekali! Panasnya Ivan sudah turun! Luar biasa!

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, adek gue ini sangat rajin. Bahkan menurut Papa dan Mama, apa yang dia inginkan selalu tercapai. Ini yang bikin gue agak iri sama kerajinan dan keteguhan hatinya serta keyakinannya itu. Nggak salah kalo ternyata dia memutuskan untuk masuk sekolah Teologi dan ingin jadi seorang Pendeta.

Dia aktif di Persekutuan Remaja Gereja. Rajin olahraga futsal dan basket. Ikut lomba-lomba Debat Bahasa Inggris juga. Jago main gitar. Pinter ngelawak juga. Waah, adek gue ini AMAZING banget deh!!

Sekarang dia lagi masa-masa persiapan buat Ujian Nasional tanggal 15 April mendatang. Ini adalah perjuangan terakhirnya karena dia sudah diterima di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, sekolah yang sama kayak gue. Jadi nanti gue bakal satu sekolah lagi sama dia(terakhir gue satu sekolah sama Kris itu pas SD).

Intinya sih, adek gue itu AMAZING karena punya Papa, Mama, dan Kakak perempuan yang nggak kalah AMAZING. Kami sekeluarga AMAZING karena punya Tuhan Yesus yang paling AMAZING dari semuanya!!

Kamis, 11 April 2013

Kau Adalah Temanku. Apakah Aku Adalah Temanmu?

Bagi sebagian orang, teman sangat penting. Buat mereka, teman adalah orang yang bisa diajak berbagi suka dan duka. Teman bisa membuat hubungan sosial semakin luas. Teman menjadi indikasi seberapa terkenalnya seseorang. Teman menjadi bagian kedua dari hidup selain keluarga. Tanpa teman, dunia terasa hampa. Tanpa teman, handphone, facebook, twitter, dan jejaring sosial seperti tidak ada indahnya sama sekali. Maka tidak heran jika, saking pentingnya teman bagi orang banyak, tidak sedikit dari kita yang mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk 'teman' itu.

Saya baru menyadari satu hal unik di Twitter. Ketika saya ingin berteman dengan pemilik akun di twitter, saya harus menjadi follower-nya dan memita pemilik akun tersebut untuk melakukan hal serupa. Tapi, bisa juga kalau kita hanya me-follow suatu akun tapi tidak di follow back. Itu artinya, status twitter-nya bisa saya lihat, tapi status twitter saya tidak bisa dilihatnya. Dalam istilah lain, 'Kamu jadi temanku, tapi aku bukan temanmu'. Apakah ini disebut 'pertemanan' ? Saya rasa tidak. Ini 'bertepuk sebelah tangan'. Mengapa? Karena berteman itu adalah relasi 2 orang atau lebih yang saling mengenal dan menyebut seorang akan yang lain sebagai 'teman'. Jika hanya satu pihak yang disebut 'teman', maka itu bukan pertemanan.

Sebuah gambar menarik dari 9gag.com
Bukankah sangat tidak mengenakkan jika mengalami hal seperti di atas?

Pertemanan itu syaratnya:
1. Harus saling mengenal. Memang butuh proses. Tapi kalau dalam proses perkenalan itu Anda tidak hati-hati dalam bertindak, bersikap, berkata-kata. Be nice at first. 
2. Harus saling menguntungkan. Ini bukan hanya berkaitan tentang materi saja. Tapi jasa dan juga waktu. Jika Anda tidak mampu meluangkan waktu atau sekadar menolong teman, Anda tidak akan dianggap 'teman'.
3. Harus mau berkorban dan dikorbankan. Tidak semua orang yang kita temui adalah tipe orang yang sama. Maka harus siap berkorban demi mendapat teman(-teman) dan juga dikorbankan oleh teman.

Jika Anda tidak siap untuk tiga hal di atas, selamat menjalani pertemanan yang bertepuk sebelah tangan.

Rabu, 10 April 2013

Never Look Back = Ga Pernah Belajar

Lagu yang paling sering saya dengar akhir-akhir ini adalah Girl on Fire dari Alicia Keys. Lagu ini mneceritakan tentang perempuan-perempuan yang tangguh di tengah dunianya. Alicia Keys membawakannya dengan sangat baik dan mampu membakar semangat seorang perempuan seperti saya ketika harus berangkat ke kampus setiap paginya. Lagu ini menjadi lagu pengiring langkah kaki saya menuju tempat saya bergumul dan berjuang.

Memang benar kata orang-orang: ketika kita sedang senang maka kita mnedengarkan lagu, tapi ketika kita sedih maka kita akan menghayati lirik lagu tersebut. Hal ini terjadi pada saya. Ketika saya harus menghadapi berbagai masalah dalam keseharian saya sebagai seorang perempuan, saya mendengarkan Girl on Fire dengan penuh penghayatan. Lagu ini tidak lagi sebagai pembakar semangat tapi juga sebagai sebuah keluhan: Mengapa saya tidak bisa menjadi tangguh seperti sosok perempuan yang digambarkan dalam lagu ini?


Berikut adalah lirik dari lagu Girl on Fire:



She's just a girl and she's on fire
Hotter than a fantasy,
 lonely like a highway
She's living in a world and it's on fire
Filled with catastrophe, 
but she knows she can fly away


Ohhhh oh oh oh oh
She got both feet on the ground
And she's burning it down
Ohhhh oh oh oh oh
She got her head in the clouds
And she's not backing down



This girl is on fire...
This girl is on fire...
She's walking on fire...
This girl is on fire...



Looks like a girl, but she's a flame
So bright, she can burn your eyes
Better look the other way
You can try but you'll never forget her name
She's on top of the world
Hottest of the hottest girls say



Ohhhh oh oh oh
We got our feet on the ground
And we're burning it down
Ohhhh oh oh oh oh
Got our head in the clouds
And we're not coming down



This girl is on fire...
This girl is on fire...
She's walking on fire...
This girl is on fire...



Everybody stares, as she goes by
'Cause they can see the flame that's in her eyes
Watch when she's lighting up the night
Nobody knows that she's a lonely girl
And it's a lonely world
But she gon' let it burn, baby, burn, baby



This girl is on fire...
This girl is on fire...
She's walking on fire...
This girl is on fire...


Lirik lagu ini membuat saya kembali merenung akan permasalahan yang saya alami. Secara umum, saya selalu jatuh pada kesalahan yang sama. Saya tidak pernah belajar dari kesalahan yang sama di masa lalu. Saya sering kali mengingat bahwa kesalahan seperti ini sudah pernah saya buat tanpa pernah menghindarinya. Saya terlalu sering memberikan toleransi pada kesalahan saya sendiri dan, akhirnya, jatuh (lagi) di kesalahan tersebut. 
Menyesal? Ya, saya menyesal. Saya sering sekali menyesali segala sesuatu yang saya lakukan. Saya selalu saja melakukan kesalahan. SAYA SELALU SALAH.


Penyesalan memang selalu datang di akhir. Dan ketololan saya adalah karena saya selalu menyesali tindakan saya yang sebenarnya bisa dihindari, karena tindakan itu pernah terjadi di masa lalu. SAYA BODOH. Kata pepatah, keledai saja tidak akan jatuh di lubang yang sama. Kata pepatah juga, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. Bagi saya, saya lebih bodoh dari keledai dan saya tidak pandai seperti tupai karena setiap kali melompat pasti akan jatuh.

Seharusnya ada hal yang lebih baik untuk saya lakukan dari pada menulis di sini. Tapi saya rasa, saya harus merenungi dulu kesalahan saya dan membaginya di sini, baru saya bisa menggalang kekuatan untuk bisa berdiri lagi dan mempersiapkan diri untuk tidak jatuh lagi.

Saya ingin jadi pribadi yang lebih baik lagi. Saya tidak ingin jadi perempuan bodoh, lebih bodoh dari keledai dan sepintar tupai. Semoga saya bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Saya ingin menjadi Girl on Fire yang selalu memberikan cahaya dan membuat orang lain tertolong. Semoga...