Gue punya adek laki-laki. Akhir-akhir
ini gue panggil dia Pengki. Kenapa? Ya ga ada alasan khusus sih, cuma iseng
aja. Hehehehehe.
Namanya Theo Krispanki Dandel. Nama itu ada ceritanya loh. Theo
itu diambil dari nama Opa gue, Theofilus Dandel. Lalu, Krispanki itu adalah
kependekan dari KRIStus PANutan KIta. Unik kan? Hebat banget
tuh Papa gue, bisa aja bikin kependekan penuh makna gitu. Lahir tanggal 1 April
1995. Dia lahir kira-kira jam 4 pagi, masih gelap. Makanya ga heran kalo
kulitnya juga gelap (peace, broo :p).
Ini dia Theo Krispanki Dandel
Ketika usianya hampir 1 tahun, kami sekeluarga pindah ke Lubuk
Linggau, Sumatera Selatan. Papa kerja di sebuah perusahaan di sana yang
mengelola kebun sawit untuk dijadikan minyak goreng. Gue waktu itu masih TK A.
Harusnya naik ke TK B, tapi berhubung gue bakal pindah jadi gue ga ikut TK lagi.
Di Lubuk Linggau itu belum ada TK yang dekat dengan lokasi perkebunan sawit
tempat Papa kerja. Jadi, gue masuk SD langsung. Sedangkan adek gue itu (oia,
dia akrab dipanggil Kris) karena masih kecil dan ga ada playgroup di sana, jadi
dia di rumah aja sama Mama.
Adek gue ini agak telat belajar ngomong. Di usia 2 tahun, masih
sulit untuk diajak komunikasi yang nyambung. Kalo dipanggil, "Kris,
sini!" dia ga mau denger. Nengok pun nggak! Papa pun akhirnya mencari cara
supaya dia bisa nengok kalo dipanggil. Papa kasih alternatif nama buat Kris.
Mulai dari Alex, Budi, Chandra, Doni, Edo semuanya nggak ada yang berhasil.
Adek gue tetep aja ga mau nengok ketika dipanggil. Ketika Papa panggil dia
"Ivan", adek gue itu nengok dan bilang, "Apa?" Wah, Papa
seneng bukan main! Dipanggil lagi deh, "Ivan!" Adek gue jawab lagi,
"Apa?" Diulang dipanggil lagi, adek gue selalu ngerespons. Semenjak
itu nama adek gue jadi Theo Krispanki 'Ivan' Dandel. Nama Ivan memang nggak
dicantumin di akte kelahiran. Tapi sejak saat itu, adek gue dipanggil Ivan.
Bahkan di surat undangan ulang tahun temennya aja ditulisnya "Untuk
Ivan", bukan "Untuk Kris".
Suatu kali si Ivan sakit panas. Mama
panik banget karena panasnya nggak turun-turun, padahal semua obat sudah
diberikan. Sampai suatu malam Mama mimpi. Mama mimpi si Ivan dibawa oleh
sejenis casper (hantu yang bersahabat
dengan manusia, wujudnya kayak tuyul tapi dia melayang-layang dengan tubuh agak
transparan). Ketika si casper ini
masuk ke rumah, suasana rumah jadi berantakan. Angin yang menerbangkan si casper ini bikin perabotan di rumah jadi
jatoh dan bahkan pecah. Si casper ini
menggendong adek gue dan mengembalikannya ke Mama. “Maaf ya, bu. Maaf. Saya
minta maaf,” begitu kata si casper.
Mama nanya ke si casper itu, “Kamu
siapa?” Mama nggak begitu jelas dengar namanya si casper itu. Yang jelas adalah dia minta maaf dan merapikan seluruh
rumah yang berantakan dan kemudian dia pergi. Ketika Mama bangun dari tidur,
ajaib sekali! Panasnya Ivan sudah turun! Luar biasa!
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
adek gue ini sangat rajin. Bahkan menurut Papa dan Mama, apa yang dia inginkan
selalu tercapai. Ini yang bikin gue agak iri sama kerajinan dan keteguhan
hatinya serta keyakinannya itu. Nggak salah kalo ternyata dia memutuskan untuk
masuk sekolah Teologi dan ingin jadi seorang Pendeta.
Dia aktif di Persekutuan Remaja
Gereja. Rajin olahraga futsal dan basket. Ikut lomba-lomba Debat Bahasa Inggris
juga. Jago main gitar. Pinter ngelawak juga. Waah, adek gue ini AMAZING banget
deh!!
Sekarang dia lagi masa-masa persiapan
buat Ujian Nasional tanggal 15 April mendatang. Ini adalah perjuangan
terakhirnya karena dia sudah diterima di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta,
sekolah yang sama kayak gue. Jadi nanti gue bakal satu sekolah lagi sama dia(terakhir
gue satu sekolah sama Kris itu pas SD).
Intinya sih, adek gue itu AMAZING
karena punya Papa, Mama, dan Kakak perempuan yang nggak kalah AMAZING. Kami
sekeluarga AMAZING karena punya Tuhan Yesus yang paling AMAZING dari semuanya!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar